
Satu dasawarsa telah berlalu sejak serangan teroris 11 September 2001 di AS, sebagian besar warga Muslim di seluruh dunia sakit hati karenanya. Tapi, kebanyakan menganggap reaksi AS terhadap serangan teror tersebut lebih menyakitkan daripada serangan 11 September itu sendiri. Gejolak perang di Afghanistan dan Irak, campur tangan NATO di Libya, serta dukungan bagi rezim-rezim yang mengatasnamakan ancaman bahaya terorisme untuk membenarkan penindasan terhadap rakyatnya.
Terlalu sering hal-hal tersebut menggagalkan upaya-upaya Amerika mengangkat nilai-nilai kebebasan dan demokrasi, menurut Steven Kull, Direktur Program Sikap terhadap Kebijakan Internasional (Program on International Policy Attitudes) di Universitas Maryland.
"Ada sisi buruk Amerika yang tidak pernah sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Hal ini dipandang sebagai sikap AS yang tidak ramah terhadap Islam. Sebagai contoh, AS menggunakan kekuatan militer untuk ‘menjarah’ minyak dari Irak." ujar Kull.
Mesir
Esam El-Erian adalah pemimpin kelompok konservatif Ikhwanul Muslimin di Mesir, sebuah kelompok yang sebelumnya dilarang karena menentang pemerintah diktatorial Hosni Mubarak.
Ia berpandangan bahwa operasi militer AS telah menewaskan lebih banyak orang biasa dibandingkan dengan para teroris, dan bahwa penggunaan kekuatan militer oleh Amerika gagal menghasilkan stabilitas dan demokrasi di negara-negara Muslim.
Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa upaya Presiden Barak Obama untuk merangkul dunia Islam hanya berdampak kecil untuk merubah pandangan negatif terhadap Amerika.
Indonesia
Indonesia merupakan pengecualian yang langka sebagai negara berpopulasi mayoritas Muslim yang berpandangan positif terhadap Amerika Serikat
Fakta bahwa Presiden Obama tinggal di Indonesia di masa kecilnya, dan bahwa negara ini telah melalui kemajuan dari sisi demokrasi secara signifikan serta Indonesia juga telah merasakan tindak terorisme, membuat pandangan masyarakat Indonesia terhadap AS lebih positif.
Walaupun demikian, berbagai kelompok minoritas yang vokal di
"Presiden Obama harus mencegah Israel melakukan hal tersebut, bukannya melindungi atau menutup-nutupi kelakuan Israel," ujar Sahid Sundana, seorang mahasiswa Universitas Indonesia.
Tunisia
Di Tunisia, banyak yang mengeritik AS karena tidak menawarkan cukup dukungan bagi kelompok-kelompok pro-demokrasi, tapi ada pula yang mampu mendeteksi perubahan kebijakan Amerika.
Steven Kull menambahkan bahwa rencana AS untuk menarik mundur pasukan dari Irak dan
"Amerika akan harus menjadi bagian dari proses demokrasi yang berlangsung di dunia Islam. Dan, AS harus mendukung penuh gerakan-gerakan tersebut, bukannya bersikap curiga," ujar Kull.
Menteri Luar Negeri Hillary Clinton telah mengindikasikan bahwa AS siap mengambil langkah ke arah itu dan merangkul Ikhwanul Muslimin di Mesir, tetapi Esam El-Erian mengatakan sejauh ini, belum ada kontak dari perwakilan AS.