
Walau lidah rasanya terbakar karena pedasnya ayam kampung plencing yang kami nikmati, tapi tangan tak henti menyuapkan suwiran ayam ke mulut. Tak tekecuali untuk ayam yang digoreng, pun tangan bebas menari mencari daging di antara ayam yang tiggal belulang. Rasa gurih yang terasa membuat mulut tak hentinya mengunyah.
Ya.. itulah yang kami rasakan ketika menyantap menu andalan restoran Taliwang Baru di Bali. Dengan menu utama ayam (baik bakar maupun goreng), bumbu khas Lombok yang tak kami jumpai di menu ayam di daerah lainnya terasa sampai lidah.
Rasa gurih dari daging yang dibakar terasa baik pada ayam goreng maupun bakar. Ibu Sunoto Redjo, sang manajer Restoran pun berbagi rahasia. Sebelum ayam diolah lebih lanjut, daging ayam yang telah disembelih dan dan siap dimasak lebih dahulu dibakar menggunakan batok kelapa sampai setengah matang. Baru kemudian diolah sesuai pesanan.
Tak heran, nama restoran ini pun telah harum ke berbagai negara, tak terkecuali Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan jajaran menterinya pun juga menjadi langganan setiap kali berkunjung ke Bali. Sebagai simbol kebanggaan, foto SBY ketika berkunjung pun dipampang di salah satu dinding restoran.
“Biasanya para pejabat dari tanah lot, lalu solat terus langsung kesini untuk makan,” tambah ibu Redjo.
Diakuinya, tidak ada promosi khusus yang dilakukan oleh Resto ini, hanya bermodalkan promosi dari mulut ke mulut. Dan itupun yang menjadi landasan pihaknya untuk tidak membuka outlet lain selain yang terletak di Jl. Teuku Umar, Bali tersebut.
“Takutnya kalau bikin cabang, malah tidak terkontrol rasanya. Jadi hanya satu yang buka tapi bener-bener,“ ungkap ibu Redjo.
Kualitas maupun rasa menjadi prioritas dari restoran yang sudah berdiri sejak tahun 1986 tersebut. untuk menjaga kesegaran ayam yang menjadi bahan baku utama, restoran Taliwang Baru hanya menerima ayam kampung hidup yang diterimanya dari peternak. Kemudian disembelih secara mandiri.
“Untuk menjaga kesegaran, kami hanya terima ayam hidup, dan diterima melalui screening yang dilakukan dokter hewan. Proses pemotongannya pun kami kontrol, harus sesuai dengan syariah Islam,” jelas bu Redjo.
Untuk lebih meyakinkan pelanggannya, terhitung sejak lima tahun yang lalu, Taliwang Baru menerima sertifikat halalnya dari LPPOM MUI Bali.
“Halal tidak hanya pernyataan sendiri saja, tetapi harus dicek di lapangan, dari bahannya, cara memotong oleh pihak lain dalam hal ini oleh auditor LPPOM. Kalau hanya pernyataan pribadi, tapi ternyata tidak halal, itu namanya membohongi, dan berdosa,” tegas bu Redjo.
Alhasil sampai saat ini, walau hanya ada di Bali , tapi Taliwang Baru telah terkenal ke berbagai negara. Banyak turis yang kemudian membawa ayam Taliwang tersebut sebagai buah tangan. Di hari biasa, pengunjung yang datang bisa sampai 100 lebih orang sehari dengan omset per hari 100 ayam. Selain ayam kampung, lauk yang bisa dipilih pun cukup beragam seperti gurame, ati rempela, tahu tempe goring ataupun bacem, lalapan, sayur asem, pecel lele, dll.
0 komentar:
Posting Komentar