Rabu, 28 Maret 2012

Detoksifikasi dengan Puasa

Selama berabad-abad puasa telah dijalankan manusia sebagai ibadah dalam berbagai agama. Puasa telah menjadi terapi penyembuhan paling tua dalam sejarah pengobatan manusia. Di nusantara, puasa juga dijadikan sebagai upaya untuk mengasah kesaktian dan ketajaman batin. Bahkan ilmuwan dan cendekiawan masa lalu seeperti Socrates, Hippocrates, Galen , Plato maupun Phytagoras juga melakukan puasa untuk kesehatan dan mempertajam daya pikir mereka.
Di masa kini, dunia penyembuhan Barat telah menggunakan terapi puasa sebagai alternatif penyembuhan. Puasa diyakini sebagai mata rantai yang hilang dari pola makan orang Barat selama ini.

Puasa sering disalahkaprahkan sebagai upaya manusia menahan lapar pada waktu tertentu. Puasa ditinjau dari aspek kesehatan adalah sebuah upaya detoksifikasi(proses pengeluaran zat-zat yang memiliki sifat toksin atau racun dari dalam tubuh). Dengan demikian puasa mendorong manusia untuk menjadi lebih sehat. Bukan hanya fisik saja tapi juga batin.

Secara alami makanan mengandung racun pada kadar tertentu, yang pada dasarnya merupakan ikatan-ikatan kimia yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Puasa menghentikan suplai makanan yang bersifat racun. 
 
Puasa selama 30 hari, sekitar 90 % racun-racun dalam tubuh akan terkuras keluar. Proses detoksifikasi berlangsung efektif jika pada saat berbuaka kita tidak "balas dendam" melampiaskan rasa lapar dengan menyantap berbagai makanan langsung dengan jumlah besar. 
 
Sangat dianjurkan berbuka secara bertahap dan tetap menjaga asupan cairan serta makan banyak buah dan sayuran. 
 
Sementara itu menurut Rochmad Romdoni dari Rumah Sakit Umum Haji Surabaya, orang yang memiliki tekanan darah tinggi ringan sampai sedang yang disertai kelebihan berat badan dianjurkan berpuasa karena puasa dapat membantu menurunkan tekanan darah. Namun, mereka yang mengidap hipertensi berat atau sakit jantung dapat berkonsultasi dengan dokter ahlinya.

Manfaat puasa yang juga dapat dibuktikan secara alamiah adalah peremajaan kembali dan perpanjangan harapan hidup. Metabolisme yang lebih rendah, produksi protein yang lebih efisien, meningkatnya sistem kekebalan, dan bertambahnya produksi hormon berkontribusi terhadap manfaat puasa. Hormon antipenuaan juga dihasilkan dengan lebih efisien selama berpuasa.

Dari kajian ilmiah yang selama ini dilakukan, didapat sebuah fakta menarik untuk dikaji. Puasa ternyata dapat memberikan kesehatan jiwa. Hal ini ditulis Alan Cott dalam bukunya Fasting as a Way of Life dan Fasting the Ultimate Diet.

Buku itu menyebutkan, gangguan jiwa yang parah dapat direduksi dengan berpuasa. Gangguan mental lain seperti susah tidur, rendah diri, dan cemas berlebihan dapat dikurangi dengan terapi puasa. Hal ini dibuktikannya melalui sebuah penelitian di Rumah Sakit Grace Square, New York.

Penelitian lain dilakukan Dr Nicolayev, guru besar di The Moscow Psychiatric Institute. Nicolayev membandingkan dua kelompok penderita gangguan kejiwaan dengan satu kelompok yang mendapat terapi medis, sedangkan kelompok yang lain mendapat terapi puasa yang dilakukan masing-masing selama 30 hari. Dari eksperimen itu disimpulkan bahwa pasien yang tidak dapat disembuhkan dengan terapi medis dapat disembuhkan dengan terapi puasa. Selain itu, orang-orang tersebut juga tidak mengalami kekambuhan selama enam tahun kemudian.

Bagaimana menurut anda?

0 komentar:

Posting Komentar