Salah satu tempat yang ramai jadi ajang kongkow keluarga pagi itu adalah komplek Bazaar Madinah yang letaknya agak dalam menjorok dari keramaian jalan raya.
Dzaky Fathurrahman, pegawai di Departemen Pendidikan Nasional (Diknas) di Jakarta, bersama istrinya, Fasya Kachita, adalah salah satu rombongan keluarga yang mampir ke tempat itu. Mengenakan setelan olahraga training, keringat keduanya masih mengucur deras ketika 2 porsi opor ayam hangat tersaji di meja mereka.
Usai menikmati hidangan, ia tak langsung bergegas meninggalkan kursinya. Suasana bazaar yang rileks membuat mereka merasa nyaman untuk duduk berlama-lama sambil memainkan alat komunikasi mereka yang berteknologi tinggi. Meski baru kali pertama itu ia mampir, mereka mengaku merasakan suasana yang berbeda.
Dzaky Fathurrahman, pegawai di Departemen Pendidikan Nasional (Diknas) di Jakarta, bersama istrinya, Fasya Kachita, adalah salah satu rombongan keluarga yang mampir ke tempat itu. Mengenakan setelan olahraga training, keringat keduanya masih mengucur deras ketika 2 porsi opor ayam hangat tersaji di meja mereka.
Usai menikmati hidangan, ia tak langsung bergegas meninggalkan kursinya. Suasana bazaar yang rileks membuat mereka merasa nyaman untuk duduk berlama-lama sambil memainkan alat komunikasi mereka yang berteknologi tinggi. Meski baru kali pertama itu ia mampir, mereka mengaku merasakan suasana yang berbeda.
"Kita baru kali ini mampir ke sini. Penyajiannya bersih, pedagangnya ramah-ramah. Suasanannya juga nyaman," kata Dzaky.
Pengunjung lainnya, Sonny Daniarso, seorang pegawai swasta yang sudah rutin datang berbelanja bersama keluarganya ini mengaku terkesan dengan rupa-rupa pilihan makanan tradional yang ada di sini. Bapak yang tinggal di bilangan Mandala, Kota Depok, ini merasa lebih nyaman datang ke tempat ini karena jaraknya yang relatif lebih dekat.
"Harga jenis dagangannya juga masih terjangkau. Saya berharap ini bisa terus berkelanjutan," harapnya.
"Harga jenis dagangannya juga masih terjangkau. Saya berharap ini bisa terus berkelanjutan," harapnya.
Para pedagang benar-benar dimanjakan di sini. Mereka tak perlu khawatir dikejar petugas penagih iuran saban hari, sebagaimana yang kerap berlaku di pasar-pasar tradisional yang tak jarang dikuasai para "preman". Pedagang tak pelu pula menyewa tempat berjualan.
Koordinator kegiatan Bazaar Madinah, Ana Mariana, menjelaskan sistem yang diterapkan Bazaar Madinah adalah bagi hasil. Tidak ada syarat-syarat yang memberatkan. Para calon pedagang atau pemasang gerai hanya perlu mengisi formulir yang berisi kesepahaman dan aturan yang telah ditetapkan oleh pengelola bazaar.
Ana menjelaskan, sebelum pedagang bergabung, mereka harus mengisi formulir yang antara lain menyangkut nama, alamat, identitas, jenis barang dagangan. Yang paling penting dalam formulir itu adalah keharusan menandatangani komitmen untuk mengikuti tuntunan syariah dalam jual beli.
Perjanjian berisi kesepakatan para pedagang dengan ketentuan tersebut sudah ditetapkan Bazaar Madinah. Perjanjian itu berisi ikrar pedagang, seperti selama pedagang diberi kesempatan untuk berdagang di Bazaar Madinah ini, ia harus berkomitmen untuk selalu tunduk pada syariah, tidak berbohong atau curang, tidak menipu, tidak mengurangi timbangan, dan tidak menyembunyikan cacat barang jualan.
Jika ketentuan tersebut dilanggar, maka si pedagang harus rela kesempatan untuk berdagang di Bazaar Madinah akan diambil dan diberikan kepada orang lain yang siap taat pada syariah.
Koordinator kegiatan Bazaar Madinah, Ana Mariana, menjelaskan sistem yang diterapkan Bazaar Madinah adalah bagi hasil. Tidak ada syarat-syarat yang memberatkan. Para calon pedagang atau pemasang gerai hanya perlu mengisi formulir yang berisi kesepahaman dan aturan yang telah ditetapkan oleh pengelola bazaar.
Ana menjelaskan, sebelum pedagang bergabung, mereka harus mengisi formulir yang antara lain menyangkut nama, alamat, identitas, jenis barang dagangan. Yang paling penting dalam formulir itu adalah keharusan menandatangani komitmen untuk mengikuti tuntunan syariah dalam jual beli.
Perjanjian berisi kesepakatan para pedagang dengan ketentuan tersebut sudah ditetapkan Bazaar Madinah. Perjanjian itu berisi ikrar pedagang, seperti selama pedagang diberi kesempatan untuk berdagang di Bazaar Madinah ini, ia harus berkomitmen untuk selalu tunduk pada syariah, tidak berbohong atau curang, tidak menipu, tidak mengurangi timbangan, dan tidak menyembunyikan cacat barang jualan.
Jika ketentuan tersebut dilanggar, maka si pedagang harus rela kesempatan untuk berdagang di Bazaar Madinah akan diambil dan diberikan kepada orang lain yang siap taat pada syariah.
Pertama kali digelar awal Mei dengan 4 kategori gerai, yaitu sembako, bahan segar, kosmetika, dan makananan jadi. Awalnya sebanyak 130 pedagang yang mendaftar, sudah termasuk pedagang yang menitipkan barangnya saja.
Karena semakin banyaknya peminat, saat ini Bazaar Madinah sedang mengembangkan 4 titik bazaar lagi di lokasi yang sama dengan ukuran yang terbilang besar. Total nantinya menjadi 5 titik dengan yang ada sekarang ini.
Tak ayal, kemudahan yang diterapkan Bazaar Madinah membuat pedagang kian antusias saja. Mulyatini, 55 tahun, yang tinggal di Kelapa Dua, misalnya. Ia menjual nasi goreng, sop iga sapi, opor ayam, dan capcay di lokasi bazaar sejak pertama kali bazaar ini digelar awal Mei lalu.
“Alhamdulillah, laris. Kami merasa teringankan karena tidak perlu bayar pajak macam-macam, cukup bagi hasil,” aku Mulyatini.
Senada dengan itu, Agus Wijanarko, 26 tahun, yang menjual bermacam-macam jenis minuman segar seperti es cendol, teh poci batu gula, ini mengaku senang berdagang di Bazaar Madinah. Alasannya sama dengan Mulyatini, ia tak perlu sewa tempat.
Lain lagi dengan Muhammad Bahrul Arif, pengelola merek dagang Ketupat Lebaran Om Alfred. Meski ia baru saja diterima menjadi salah satu karyawan perusahaan ternama di Jakarta, ia masih saja tetap ingin melanjutkan usahanya jualannya di Bazaar Madinah. Kalau pun katanya nanti tidak sempat berjualan lagi, ia akan memperkerjakan orang untuk mengelola dagangannya.
Pria lajang yang tinggal di Bekasi ini pun saban Shubuh berangkar dari rumahnya membawa barang dagangannya dengan mengendarai sepeda motor. "Alhamdulillah, pendapatannya lumayan," ujar dia.
Karena semakin banyaknya peminat, saat ini Bazaar Madinah sedang mengembangkan 4 titik bazaar lagi di lokasi yang sama dengan ukuran yang terbilang besar. Total nantinya menjadi 5 titik dengan yang ada sekarang ini.
Tak ayal, kemudahan yang diterapkan Bazaar Madinah membuat pedagang kian antusias saja. Mulyatini, 55 tahun, yang tinggal di Kelapa Dua, misalnya. Ia menjual nasi goreng, sop iga sapi, opor ayam, dan capcay di lokasi bazaar sejak pertama kali bazaar ini digelar awal Mei lalu.
“Alhamdulillah, laris. Kami merasa teringankan karena tidak perlu bayar pajak macam-macam, cukup bagi hasil,” aku Mulyatini.
Senada dengan itu, Agus Wijanarko, 26 tahun, yang menjual bermacam-macam jenis minuman segar seperti es cendol, teh poci batu gula, ini mengaku senang berdagang di Bazaar Madinah. Alasannya sama dengan Mulyatini, ia tak perlu sewa tempat.
Lain lagi dengan Muhammad Bahrul Arif, pengelola merek dagang Ketupat Lebaran Om Alfred. Meski ia baru saja diterima menjadi salah satu karyawan perusahaan ternama di Jakarta, ia masih saja tetap ingin melanjutkan usahanya jualannya di Bazaar Madinah. Kalau pun katanya nanti tidak sempat berjualan lagi, ia akan memperkerjakan orang untuk mengelola dagangannya.
Pria lajang yang tinggal di Bekasi ini pun saban Shubuh berangkar dari rumahnya membawa barang dagangannya dengan mengendarai sepeda motor. "Alhamdulillah, pendapatannya lumayan," ujar dia.

0 komentar:
Posting Komentar