
"Saya melihat negara saya mengutuk orang-orang ini sebagai teroris dan penindas perempuan, dan saya tidak bisa memikirkan apa pun lagi, dan saya merasa perlu untuk berdiri dan membela mereka. Tapi kemudian saya menyadari bahwa saya tidak bisa berdebat tanpa pengetahuan," kata Angela Collins Telles.
Pada titik ini, Collins Telles mulai mempelajari Islam untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Dan setelah melakukan kajian yang cukup mendalam, ia memutuskan untuk menjadi seorang Muslim.
Angela Collins Telles tidak sendirian. Johannah Segarich juga memutuskan untuk memeluk Islam setelah melihat hiruk-pikuk anti-Islam tumbuh pasca 9 / 11.
"Rasanya gila melakukan hal itu. Saya adalah seorang wanita setengah baya yang profesional, sangat independen, sangat kontemporer, dan di sini saya beralih agama, yang pada titik tertentu begitu dicaci maki." kata Segarich, kepada Huffington Post.
Segarich terkesima oleh berita bahwa serangan 9 / 11, yang diklaim oleh Al-Qaeda, dilakukan oleh Muslim.
"Agama macam apa itu yang menyuruh orang untuk melakukan (hal sekeji) itu?" Segarich mengingat reaksi pertamanya terhadap berita tersebut.
Penasaran, wanita Amerika ini memutuskan untuk mempelajari Islam lebih dalam. Ia mulai membuka Alquran. Beberapa minggu kemudian, instruktur musik kelahiran Utah ini mulai mempelajari Islam. Hanya beberapa bulan kemudian, dia memutuskan untuk mengucapkan Syahadat dan memeluk Islam.
Squires Trisha, yang menjadi Muslim bulan lalu, juga merasakan reaksi permusuhan yang keras karena masuk Islamnya itu.
"Ibu pembaptis dari anak-anak saya akan menjadi seorang Muslim?" ia ingat reaksi teman dekatnya yang kecewa.
Di Chicago, ada Kelly Kaufmann yang memiliki pengalaman serupa ketika ia harus membela Muslim melawan tuduhan sebagai anti-perdamaian. Kaufmann memutuskan untuk mempelajari Islam setelah dikritik oleh kerabatnya karena menjadi relawan untuk kampanye presiden Presiden Obama, karena mereka percaya ia adalah seorang Muslim.
Survei di Amerika Serikat telah mengungkapkan bahwa mayoritas orang Amerika hanya tahu sedikit tentang Islam. Namun, sebuah jajak pendapat Gallup baru-baru ini, menyebutkan bahwa 43 persen orang Amerika mengaku merasa setidaknya berprasangka buruk terhadap Muslim. Usut punya usut, beberapa orang yang baru masuk Islam, ternyata tidak terpengaruh oleh sikap permusuhan.
"Saya tidak pernah peduli kalau saya diterima atau tidak," kata Collins Telles, yang sekarang tinggal di Brazil bersama suaminya, yang juga memeluk Islam setelah bertemu dengannya.
Meskipun jumlah yang masuk Islam sulit untuk diperhitungkan, pengamat memperkirakan bahwa sebanyak 20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahunnya. Subhanallah . . .
Menurut para ahli, mayoritas mualaf pasca 9/11 adalah perempuan. Vaqar Sharief, yang ditugaskan untuk membuat data untuk menghitung orang Amerika yang masuk Islam mencatat bahwa terdapat empat atau lima orang Amerika yang masuk Islam setiap bulannya.