Senin, 13 Agustus 2012

Andalkan Astronomi untuk Tentukan Jatuhnya Idul Fitri

Walaupun tanggal pasti perayaan itu tidak dapat ditentukan dengan penanggalan biasa, namun di Amerika banyak masjid mengandalkan perhitungan astronomi untuk menentukan datangnya bulan baru.


Beberapa hari menjelang berakhirnya puasa Ramadhan biasanya kesibukan untuk menyambut lebaran sangat terasa, walaupun tanggal pasti perayaan itu tidak dapat ditentukan dengan penanggalan biasa. Namun, di Amerika banyak mesjid mengandalkan perhitungan astronomi untuk menentukan datangnya bulan baru.
Setiap tahun, mendekati Ramadhan, umat Islam harus menunggu pernyataan bahwa bulan baru sudah terlihat dan ditegaskan majelis ulama setempat, yang berarti puasa Ramadhan dimulai keesokan harinya.
Kebingungan juga kerap terjadi dalam penghitungan berakhirnya Ramadhan yang merupakan penentuan jatuhnya tanggal perayaan Idul Fitri. Jameelah Monraj, seorang ibu rumah tangga, mengatakan ketidakpastian ini menyulitkan pengaturan libur lebaran bagi anak-anaknya, permintaan cuti dari tempat kerja, dan bahkan perayaan lebaran itu sendiri.
“Jika kita mengundang orang untuk berlebaran, kita tidak tahu pasti apakah tamu kita datang besok atau lusa. Sulit untuk menentukan kapan harus memasak hidangan lebaran untuk para tamu,” kata Monraj.
Banyak warga Muslim lainnya juga mengeluh. Para imam mengatakan tidak tahu kapan menyewa gedung untuk shalat Ied. Karena banyak orang menggunakan pengamatan bulan waktu setempat atau internasional, lebaran dirayakan pada hari yang berbeda di Amerika.
Sekarang, setelah perdebatan cukup panjang Dewan Fiqih Amerika Utara mengumumkan tidak lagi mengandalkan pengamatan bulan, tetapi menggunakan astronomi modern untuk menentukan awal dan berakhirnya Ramadhan.
Dengan sistem penghitungan baru ini, jika bulan baru sudah nampak sebelum tengah hari waktu Greenwich, esok harinya adalah hari pertama Ramadhan.
Tetapi, tidak semua mesjid mau mengikuti cara penghitungan baru ini. Irfan Kabirudin, imam masyarakat Islam di Baltimore mengatakan, “Jika orang di seluruh dunia sudah melakukan perhitungan itu sejak 1.400 tahun lalu, dan sekarang kita mengatakan sulit melaksanakannya, saya pikir itu bukan alasan yang benar,” ungkap Kabirudin.
Meskipun demikian, menurut Dewan Fiqih Amerika, banyak negara Islam sudah menggunakan penghitungan astronomi modern untuk menentukan Ramadhan dan lebaran, seperti Turki, Aljazair, dan Saudi Arabia. Berdasarkan penghitungan itu, tahun ini masyarakat Muslim Indonesia di Amerika sejak dua minggu lalu sudah dipastikan akan merayakan lebaran pada hari Jumat, tanggal 10 September 2010.

1 komentar:

  1. I like your islmaic blog. I am muslim and i am going to publish much more islamic news . I love allah and muhammad (sm) . for that i am publishing only islamic news. Please don't put it in spam or delete. Just approve it and help for do it .
    My website is- http://islamicnews24.net/


    BalasHapus